Thursday 31 October 2013

Perumpamaan Suku Pakpak





(1) Bage tunas leleen mi dates, bage tongkoh leleen mi teruh. (Seperti tunas menuju ke atas, seperti bonggol  kayu menuju ke bawah). Artinya, perumpamaan ini menggambarkan bahwa generasi muda penerus untuk memajukan suatu bangsa (suku bangsa, generasi tua akan tertinggal karena dimakan usia.

(2) Ulang bage takur-takur pellin menaongi dirina. (Jangan seperti tumbuhan takur-takur yang hanya memayungi dirinya). Artinya, perumpamaan ini diidentikkan kepada seseorang yang hanya mementingkan diri sendiri dan sifat tersebut tidak perlu dicontoh.

(3) Ulang kekeen baka ndilo.
(Jangan seperti mengangkat sumpit (baka) dari bahan kulit Ndilo (jenis kayu)). Perumpamaan ini ditujukan kepada seseorang yang bersifat malas dan orang yang sangat tergantung dengan orang lain. Sudah dibantu tapi tidak dimanfaatkan untuk kemajuan hidupnya dan tetap malas. Sifat ini tentu perlu ditinggalkan sehingga orang-orang tua kita dulu menciptakan pribahasa ini dan disampaikan pada saat mengajari anak- anaknya atau pada saat menasehati orang lain baik secara formal maupun informal.
(Variasi lain : Ulang bage pekekeken baga ndilo)

4.  Nikerisken panas ngo asa olih (harus berkeringat agar dapat rejeki). Perumpamaan ini ditujukan kepada individu kalau hendak berhasil harus bekerja keras. Perumpamaan ini selalu dikatakan orang tua kepada anak-anaknya agar rajin bekerja, rajin sekolah dan konsisten.

5.  Lojang lot jalangen, tendo lot pemaen (lari ada yang mau dikejar, berhenti berarti ada yang mau ditunggu). Perumpamaan ini diartikan bahwa dalam hidup harus ada perencanaan, bertindak harus didasari oleh pikiran jernih dan memiliki alasan yang dapat dipertanggung jawabkan.

0 komentar: