Danau Sicike Cike |
Slamat malam Semua Sahabat Blog .
Kembali
Lagi saya hadir disini mengisi hari libur anda . dengan sangat senang hati saya
mendapatkan cerita dibalik Sicike cike Dairi . kebetulan saya memang dilahirkan
dari keturunan sicike-cike . Angkat , Ujung , Bintang , Sinamo, Kudadiri ,
Gajah Manik Capah . sejarah memank unik ya sob . banyak yang tidak tau
sicike-cike . tempat wisata yang tidak pernah dijamah Pemda Setempat . dan
sangat sayang kalau tempat ini diabaikan . Sicike-cike merupakan sebuah
kejadian alam. Sicike cike sangat unik berikut saya tulis tentang TERJADINYA
SICIKE_CIKE.
Sicike-cike
merupakan dulunya sebuah Kuta (perkampungan) yang dihuni masyarakat sekitar 6-8
kepala rumah tangga, yang dipimpin oleh seorang Raja kaya raya yang bermama
"Raja Naga Jambe". Seperti pada postingan kami sebelumnya, sang Raja
memiliki dua istri dan memiliki keturunan sebanyak 7 orang dari kedua
interinya.
Menurut cerita, suatu ketika sang
Raja sedang menanam padi bersama masyarakat lainnya di area perkebunan sang
Raja. Sebagai seorang Raja, tentunya masyarakat lainnya pun turut serta
membantunya, dan hal tersebut sudah menjadi tradisi/budaya bagi masyarakat pada
zaman itu, untuk saling membantu (urup-urup). Akan tetap, isteri kedua dari
sang Raja Bru Saraan sudah tua dan sudah tidak mampu lagi untuk berjalan,
sehingga Bru Saraan pun tinggal dirumah.
Karna Bru Saraan sudah tua dan tidak
bisa berbuat banyak, Bru Saraan-pun kelaparan karna tidak ada makanan yang
ditinggalkan keluarga Raja dirumah. Ntah lupa atau karna sibuk menanam
padi, keluarga dan masyarakat pun lupa untuk mengantar makanan (nasi) kepada
Bru Saraan yang tinggal di rumah (kampung). Ketika itu Bru Saraan-pun berharap
agar ada yang mengantarkan makanan dari ladang untuknya. Namun, dari siang
sampai "Goling Ari" (matahari terbenam),tak ada satu pun yang ingat
padanya.
Hingga akhirnya Bru Saraan merasa
sedih yang sangat luar biasa karna tidak ada satupun yang memperdulikannya.
Sambil meratapi nasipnya, Bru Saraan menangis sambil mengelus-elus kucing, dan
tangis milangi. Dalam tangisannya menurut cerita, Bru Saraan menangis dan
mengadu kepada sang Pencipta tentang perbuatan yang dilakukan oleh keluarganya
kepadanya.
Beberapa saat kemudian setelah bru
Saraan menangis sambil mengelus-elus kucingnya, cuaca yang tadinya Cerah,
tiba-tiba mendung dan hujan lebat pun turun, serta angin topan yang sangat
kencang. Sehingga, saat itulah Sicike-cike yang tadinya sebuah perkampungan,
akhirnya tenggelam akibat derasnya hujan dan berubah menjadi sebuah danau, yang
saat ini dikenal dengan nama Danau Sicike-cike. Cerita tersebut
merupakan Menurut: R.U.S. Udjung.
Cerita lain menyebutkan (mpung arnia), terjadinya Danau Sicike-Cike memang karna sumpah (kutukan) Bru Saraan. Ceritanya, ketika mardang (menanam padi) di ladang, Sang Rajan menyuruh pembantunya untuk mengantarkan nasi/makan siang kepada Bru Saraan yang tinggal dirumah (kampung) dan lengkap dengan lauk pauknya. Ketika dalam perjalanan menuju rumah raja, pembantu raja membuka bungkusan makanan tersebut, lalu memakannya. Nasi yang tadinya dibungkus dengan baik serta lengkap dengan lauk-pauknya, lalu si pembantu raja tersebut memberikan sisa makanannya (tulang-tulang ikan) kepada Bru Saraan, sehingga Bru Saraan-pun kaget dan marah yang luar biasa karan diberikan makanan sisa-sisa.
Bru Saraan beranggapan bahwa nasi/makan siang yang dibawa pembantu raja tadi dibuat oleh Raja (keluarganya). Bru Saraan tidak tau kalau tulang-tulang ikan yang diberikan pembantu raja adalah sisa makanannya (sisa makanan pembantu raja). Saat itu pula, Bru Saraan menangis meratapi nasipnya dan mengadu pada sang pencipta sambil mengkodeng-kodeng (memangku) kucingnya. Lalu hujan pun turun deras serta angin topan yang sangat kencang, sehingga Kampung Siciki-cike pun tenggelam dan manjadi Pea (danau), yang saat ini dikenal dengan nama
Bagi bapak/ibu pembaca khususnya yang mengetahui legenda Pea Sicike-cike, mohon saran dan kritikan tentang cerita terjadinya Danau Sicike-cike yang kami tuturkan diatas. Apakah cerita yang kami tulis diatas benar, atau tidak, kami memohon bapak/ibu untuk memberikan masukan pada kolom komentar dibawah ini. Hal ini kami maksud agar cerita mengenai terjadinya Danau Sicike-cike dapat diketahui secara pasti, dan tidak simpang siur, sekaligus untuk menjaga dan melestarikan budaya Pakpak. Njuah-njuah,, Lias ate.
Cerita lain menyebutkan (mpung arnia), terjadinya Danau Sicike-Cike memang karna sumpah (kutukan) Bru Saraan. Ceritanya, ketika mardang (menanam padi) di ladang, Sang Rajan menyuruh pembantunya untuk mengantarkan nasi/makan siang kepada Bru Saraan yang tinggal dirumah (kampung) dan lengkap dengan lauk pauknya. Ketika dalam perjalanan menuju rumah raja, pembantu raja membuka bungkusan makanan tersebut, lalu memakannya. Nasi yang tadinya dibungkus dengan baik serta lengkap dengan lauk-pauknya, lalu si pembantu raja tersebut memberikan sisa makanannya (tulang-tulang ikan) kepada Bru Saraan, sehingga Bru Saraan-pun kaget dan marah yang luar biasa karan diberikan makanan sisa-sisa.
Bru Saraan beranggapan bahwa nasi/makan siang yang dibawa pembantu raja tadi dibuat oleh Raja (keluarganya). Bru Saraan tidak tau kalau tulang-tulang ikan yang diberikan pembantu raja adalah sisa makanannya (sisa makanan pembantu raja). Saat itu pula, Bru Saraan menangis meratapi nasipnya dan mengadu pada sang pencipta sambil mengkodeng-kodeng (memangku) kucingnya. Lalu hujan pun turun deras serta angin topan yang sangat kencang, sehingga Kampung Siciki-cike pun tenggelam dan manjadi Pea (danau), yang saat ini dikenal dengan nama
Bagi bapak/ibu pembaca khususnya yang mengetahui legenda Pea Sicike-cike, mohon saran dan kritikan tentang cerita terjadinya Danau Sicike-cike yang kami tuturkan diatas. Apakah cerita yang kami tulis diatas benar, atau tidak, kami memohon bapak/ibu untuk memberikan masukan pada kolom komentar dibawah ini. Hal ini kami maksud agar cerita mengenai terjadinya Danau Sicike-cike dapat diketahui secara pasti, dan tidak simpang siur, sekaligus untuk menjaga dan melestarikan budaya Pakpak. Njuah-njuah,, Lias ate.
0 komentar:
Post a Comment