Ada kemiripan Perisang manuk dengan Mejan Pakpak lainnya , dengan cara
kerja yang sama , dimana Perisang manuk sepintas seperti Patung biasa yang
dibuat manusia dan menjadi moment sebuah daerah tersebut, yang telah dibuat
selama ratusan tahun yang lalu . Keunikan Batu Perisang Manuk sama ada
kemiripan dengan Mejan yang banyak terletak dikabupaten Pakpak Bharat Sumatera
Utara , sekitar 45 km dari dairi . mejan juga dinilai mampu memberikan suatu
pertanda kepada masyarakat ketika Kampung tersebut akan diserang wabah , atau
Petinggi daerah tersebut aka nada yang meninggal Dunia , maka Mejan tersebut
dijuluki Pengulu Balang .
Batu perisang manuk berada di wilayah Desa
Tungtung Batu, Kecamatan Parongil, Kabupaten Dairi. Batu perisang manuk artinya
adalah dalam bahasa Pakpak , istilah pengertian Leher Ayam . Isang artinya
Leher , dan Manuk Artinya Ayam , Sedangkan Perisang Manuk adalah Tambahan kata
untuk Kepunyaan , tergantuk Kalimat yang akan dibuat . terletak di tebing
tempuran dua alur sungai, yaitu sungai lae tungtung batu dan sungai lae sapu.
Posisi batu perisang manuk berada pada lereng yang relative curam di sekitar
lokasi terdapat kebun durian dan jagung yang dikelola oleh marga cibro. Sebelum
kita sampai di perisang manuk kita akan disambut dengan patung lelaki dewasa
yang menggandeng anaknya dengan mengenakan pakaian adat khas sub-etnis Pakpak
yang di cat abu-abu dan dikelilingi pagar besi serta diberi pintu masuk.
Batu perisang manuk merupakan batua lam yang di ukir dan dibentuk menyerupai kepala burung menghadap kearah ujung tempuran sungai. Pada bagian ujung (yang menyerupai paruh) terdapatukitanmenyerupaibentukmatadanhidung.Bagian yang berbentuk paruh burung menjadi satu dengan bagian belakangnya dengan diukir garis batas. Pada sisi bagian bawah batu perisang manuk ditopang oleh sebuah batu masing-masing disisi kiri dan sisi kanan. Batu perisang manuk secara keseluruhan memiliki ukuran panjang 2,52 meter, lebar 1,7 meter dan tinggi 1, 79 meter. Adapun ukuran bagian batu yang berbentuk seperti paruh burung 60 cm x 50 cm dengan tebal 30 cm.
Perisang Manuk juga merupakan benda cagar budaya Marga Cibro yang terletak di Kutaekur, Desa Tuntung Batukecamatan SilimaPungga-Pungga dan terletak di Pinggir Sungai. Perisang Manuk adalah sebuah batu yang menyerupai paruh burung. Menurut Legenda Perisang Manuk ini dapat digunakan sebagai tempat berteduh di kala hari hujan dan pada jaman dahulu masyarakat setempat mengadakan jiarah ditempat ini sebagai ucapan syukur atas hasil panen yang melimpah serta perisang manuk ini diyakini sebagai penjaga kampung, apa bila ada musuh yang datang atau wabah penyakit maka perisang manuk ini akan bergemuruh dengan kuat sehingga melalui suara tersebut masyarakat waspada terhadap musuh atau penyakit yang akan datang. Dahulu terowongan ini digunakan sebagai tempat persembunyian disaat Perjuangan Kemerdekaaan. Namun saat ini tidak ada lagi yang pernah masuk ke terowongan ini.
Batu perisang manuk merupakan batua lam yang di ukir dan dibentuk menyerupai kepala burung menghadap kearah ujung tempuran sungai. Pada bagian ujung (yang menyerupai paruh) terdapatukitanmenyerupaibentukmatadanhidung.Bagian yang berbentuk paruh burung menjadi satu dengan bagian belakangnya dengan diukir garis batas. Pada sisi bagian bawah batu perisang manuk ditopang oleh sebuah batu masing-masing disisi kiri dan sisi kanan. Batu perisang manuk secara keseluruhan memiliki ukuran panjang 2,52 meter, lebar 1,7 meter dan tinggi 1, 79 meter. Adapun ukuran bagian batu yang berbentuk seperti paruh burung 60 cm x 50 cm dengan tebal 30 cm.
Perisang Manuk juga merupakan benda cagar budaya Marga Cibro yang terletak di Kutaekur, Desa Tuntung Batukecamatan SilimaPungga-Pungga dan terletak di Pinggir Sungai. Perisang Manuk adalah sebuah batu yang menyerupai paruh burung. Menurut Legenda Perisang Manuk ini dapat digunakan sebagai tempat berteduh di kala hari hujan dan pada jaman dahulu masyarakat setempat mengadakan jiarah ditempat ini sebagai ucapan syukur atas hasil panen yang melimpah serta perisang manuk ini diyakini sebagai penjaga kampung, apa bila ada musuh yang datang atau wabah penyakit maka perisang manuk ini akan bergemuruh dengan kuat sehingga melalui suara tersebut masyarakat waspada terhadap musuh atau penyakit yang akan datang. Dahulu terowongan ini digunakan sebagai tempat persembunyian disaat Perjuangan Kemerdekaaan. Namun saat ini tidak ada lagi yang pernah masuk ke terowongan ini.
Demikian Cerita saya ini ,
Semoga Bermanfaat bagi kita semua ,
0 komentar:
Post a Comment