11:05
|
Contoh Gambar |
Saya ingin bercerita sedikit ne
tentang seputar daerah Kab. Dairi Sidikalang yangki sebuah Desa tidak jauh dari
sidialang , sekitar 1jam perjalanan atau sekitar 35 km . , dimana Desa ini ju merupakan dusun tertua
di kabupaten dairi , daerah ini merupakan tanah wilayat marga Saraan . Desa Bantun Kerbo,dalam
artiannya adalah Batu = Batu dan Kerbo adalh Kerbau diambil dari bahasa sartra
Pakpak , bahasa asli di daerah kabupaten Dairi, Kecamatan Lae Parira.Terletak
di tebing barat ruas sungai lae simbelen. Nama batu kerbau ditujukan terhadap
obyek berupa pahatan menyerupai kerbau, dimana pahatan tersebut lengkap dengan
badan ,kepala, mata, hidung, mulut, dan seperti tanduk. Ukuran batukerbau
adalah 172 cm x 142 cm dengan tinggi 97 cm.
Penuturan penduduk setempat tentang sejaarah , batu kerbo terjadi karena adanya ketidak
jujuran dan saling menghargai antara sesama manusia. Berawal dari seorang marga
Saraan dari lebbuh (kampung) Saraan meminang putri dari pertaki (kerajaan)
Angkat yang memiliki paras yang sangat cantik tapi memiliki kekurangan yaitu
cacat Fisik (tidak bisa berjalan).
Walaupun kondisi putri nantampuk mas marga Angkat
cacat namun pernikahan antara Putri Nantampuk Mas (bunga desa) dengan Saraan tetap
berlangsung dengan syarat marga Saraan tidak boleh membiarkan putri nantampuk
mas berjalan kaki menuju lebbuh (kampung) Saraan, tetapi Putri Nantampuk Mas (bunga
Desa) tersebut harus diangkat sampai kerumah marga Saraan. Selama
berminggu-minggu putri nantampuk mas (bunga Desa ) tinggal dirumah Saraan
tetapi putri nantampuk mas tidak pernah keluar dari kamar, sehingga pihak marga
Saraan curiga terhadap keadaan putri nantampuk mas. Akhirnya pihak keluarga
marga Saraan memeriksa keadaan putri nantampuk mas dan keluarga Saraan terkejut
melihat putri nantampuk mas, karena ternyata istri yang disayangi Saraan
tersebut ternyata tidak bisa berjalan. Walaupun demikian Saraan tetap sayang
dan penuh kasih kepada putri nantampuk mas. Berbeda dengan adik ipar dan
mertuanya yang semula menyanyangi putri nantampuk mas berubah menjadi benci,
karena putri nantampuk mas hanya menjadi beban bagi keluarga Saraan. Berbagai
hinaan sering dilontarkan terhadap putri nantampuk mas, sehingga putri
nantampuk mas tidak sanggup lagi untuk bertahan di rumah Saraan dan memilih
untuk kembali ke rumah orang tuanya di lebbuh (kampung) marga angkat.
Dengan ditemani seekor anjing, putri nantampuk mas
kembali ke lebbuh (kampung) marga Angkat. Kejadian ini dianggap penghinaan oleh
marga Angkat yang mengakibatkan marga angkat mergraha(berperang) melawan marga
Saraan, namun setelah marga Saraan mendengarkan berita tersebut marga Saraan
takut dan datang untuk minta maaf kepada marga Angkat, dan sebagai tanda
perdamaian (maaf yang diberikan marga Angkat kepada marga Saraan) maka marga
Saraan harus membayar 7 (tujuh) ekor kerbau kepada marga Angkat.Tetapi kerbau
yang yang diberikan marga Saraan hanya 6 (enam) ekor, dan 1(satu) ekor lagi
sebagai utang dari marga Saraan.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan
tahun berganti tahun, namun utang tersebut tidak dibayar oleh marga Saraan.
Suatu saat marga Angkat mengadakan pesta besar yang harus menyembelih 7 (tujuh)
ekor kerbau, tapi kerbau yang tersedia hanya 6(enam) ekor. Marga angkat menagih
hutang 1(satu) ekor kerbau kepada marga Saraan dan marga Saraan menganggap ini
suatu penghinaan karena marga Saraan sudah menerima putri nantampuk mas apa
adanya. Anggapan marga Saraan walaupun mereka berhutang kepada marga Angkat
namun tidak pantas untuk ditagih kembali. Dengan terpaksa marga Saraan
menyerahkan 1(satu) kerbau yang diminta marga Angkat, namun dengan susah payah
kerbau tersebut ditarik ke lebbuh (kampung) marga Angkat tetapi kerbau tersebut
tidak bergerak (melawan). Tiba-tiba alam bergemuruh, petir dan halilintar
bersahutan, dan tiba-tiba kerbau yang dibawa marga Saraan berubah menjadi batu
dan sayup-sayup terdengar suara aneh, hai cucuku karena pertikaian ini maka
akan kerbo ini kujadikan batu sebagai bukti perdamaian diantara kalian. Di
bawah batu ini mengalir air jernih yang tak pernah kering walaupun musim
kemarau. Kalau ada keturunan kalian yang sakit, minumkanlah air ini dan
bersihkanlah diri dengan air ini supaya ada ketenangan dan kedamaian. Semenjak
kejadian itu dinamakanlah batu itu menjadi batu kerbo dan nama desa itu menjadi
bantun kerbo.
0 komentar:
Post a Comment